Aceh – Koordinator Generasi muda Aceh (GEMA) menolak keras terhadap rencana pemerintah penambahan 4 Batalyon TNI di Aceh karena tidak sesuai dengan nota kesepahaman memorandum of understanding (MOU) Helsinki yang menjadi titik acuan dari pada perdamaian Republik Indonesia (RI) dengan Gerakan Aceh merdeka (GAM) di Firlandia pada tanggal 15 Agustus 2005.ungkap Zarnuji koordinator Generasi muda Aceh,(29/04/2025).
Penempatan 4 Batalyon tambahan di Aceh adalah sebuah bentuk pengkhianatan dari pada perjanjian memorandum of understanding (MOU) yang tidak wajar dilakukan oleh instansi Vertikal di Aceh.dikarenakan perjanjian yang dita ndatangani pada tahun 2005 mengatur sangat jelas batasan tentang personil Tentara Republik Indonesia (TNI) di Aceh hanya 14.700 personil organik,khusus pertahanan eksternal tanpa penambahan pasukan non-organik.
Zarnuji menambahan penambahan pasukan baru nantinya akan menjadi gejolak baru di Aceh pasca konflik,karena bisa membangkitkan trauma lama rakyat Aceh.yang selama ini sudah hidup damai dan rukun dengan kondisi saat ini Aceh dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Masyarakat Aceh hari sangat butuh perbaikan pendidikan,sumber daya manusia (SDM) serta mewujudkan masyarakat Aceh yang lebih seujahtera dibawah kepemimpinan Gubernur Muzakir manaf-Fadhlullah.
Masyarakat Aceh hari ini sedang bangkit dari keterbukaan dalam segala aspek kehidupan yang bisa membawa masyarakat Aceh lebih maju dari pada sebelumnya,Rakyat Aceh hari ini membutuhkan hal yang membawa kebermanfaatan bukan kemuzaratan terhadap daerahnya sendiri,” tutupnya.