Aceh Utara – Kekayaan sumber daya alam yang melimpah di Aceh Utara belum sepenuhnya menjamin kesejahteraan dan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar.
Fenomena ini nyata dirasakan oleh warga yang bermukim di daerah ‘ring 1’ operasional PT Eliazer Nahor pratama khususnya di Cluster IV, PT. Pema Global Energi (PGE) Kecamatan Matang Kuli, Kabupaten Aceh Utara, yang merasa terpinggirkan dari peluang kerja di tanah sendiri, 25 /09/25.
Masyarakat setempat secara tegas menyuarakan tuntutan agar pihak perusahaan memprioritaskan tenaga kerja lokal, mereka mendesak agar tidak hanya menjadi ‘penonton’ di tengah aktivitas industri yang berpotensi meningkatkan perekonomian daerah, namun turut serta aktif sebagai bagian dari tenaga kerja.
Menanggapi desakan tersebut, pihak perusahaan menggelar mediasi dengan perwakilan warga dan sejumlah Geusyik (kepala desa) dari desa-desa ring 1. Pertemuan yang difasilitasi di salah satu Cafe di kecamatan tersebut, dan dikawal ketat oleh aparat TNI/Polri, berlangsung alot menandakan adanya perbedaan pandangan yang signifikan.
Dalam sesi mediasi, perwakilan PT Eliazer Nahor pratama Imansyah menjelaskan bahwa mereka telah berupaya mengakomodasi permintaan masyarakat. Disebutkan, dari total 124 pekerja, 75 di antaranya merupakan warga dari desa-desa ring 1, meliputi tenaga kerja berketerampilan (skill) maupun non-skill. Pihak perusahaan juga mengakui adanya penerimaan beberapa tenaga kerja berdasarkan ‘titipan’ dari tokoh-tokoh masyarakat di Aceh Utara.
Namun, di sisi lain, masyarakat menilai kurangnya transparansi dari pihak perusahaan terkait proses rekrutmen tenaga kerja, yang memicu kecurigaan dan ketidak percayaan di kalangan warga setempat.
Kembali aktifnya Blok B, yang diharapkan dapat membuka lebih banyak lapangan kerja, ternyata belum sepenuhnya menjawab kebutuhan masif masyarakat.
Praktik dugaan penerimaan tenaga kerja ‘titipan’ ini justru menjadi sorotan utama. Dikhawatirkan, sistem ini menghambat kesempatan warga lokal lain yang tidak memiliki koneksi atau ‘link’ dengan tokoh atau pejabat.
Jika pola ini terus dibudayakan, maka peluang kerja akan didominasi oleh mereka yang memiliki akses, sementara masyarakat kecil yang tidak memiliki jalur lobi akan semakin terpinggirkan dan hanya akan menjadi penonton di kampung halaman mereka sendiri. (RZ)