[category_first]

Potret Pilu Derita Pengungsi di Gampong Ampeh Tanah Luas, Rumah Hanyut, Bantuan Minim, Harapan Menipis

Foto: Kondisi Salah Satu Rumah Korban Dampak Banjir Gampong Ampeh Tanah Luas, Dok. RF
Foto: Kondisi Salah Satu Rumah Korban Dampak Banjir Gampong Ampeh Tanah Luas, Dok. RF

Potret Pilu Derita Pengungsi di Gampong Ampeh Tanah Luas, Rumah Hanyut, Bantuan Minim, Harapan Menipis

Foto: Kondisi Salah Satu Rumah Korban Dampak Banjir Gampong Ampeh Tanah Luas, Dok. RF
Foto: Kondisi Salah Satu Rumah Korban Dampak Banjir Gampong Ampeh Tanah Luas, Dok. RF

Aceh Utara – Di balik dinding meunasah, tersembunyi kisah pilu para pengungsi Gampong Ampeh, Kecamatan Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara yang kehilangan segalanya akibat terjangan banjir bandang beberapa waktu lalu.12/12/2025

Tiga rumah rata dengan tanah, menyisakan trauma mendalam dan ketidak pastian akan masa depan. Bapak Jafar, Pr. Patimah, dan Pr. Jariah Basyah, bersama 12 anggota keluarga lainnya, termasuk tiga balita yang tak berdosa, kini hanya bisa menumpang di meunasah, menggantungkan hidup dari bantuan Gechik dan belas kasihan tetangga sekitar.

Sudah berhari-hari mereka mengungsi, hidup dalam keterbatasan dan ketidak pastian. Bantuan dari pemerintah belum juga tiba, membuat mereka merasa Forgotten (terlupakan) dan terabaikan. Selama ini, mereka hanya bisa mengolah bahan makanan seadanya yang diberikan oleh Geuchik, itupun tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

“Kami sudah tidak tahu lagi sampai kapan harus tinggal di meunasah ini. Rumah kami sudah tidak ada lagi, habis disapu banjir. Mau kembali ke mana, kami tidak punya apa-apa lagi,” lirih istrinya Jafar, dengan mata berkaca-kaca.

Kondisi kesehatan para pengungsi juga semakin memprihatinkan. Air bersih sulit didapatkan, makanan bergizi minim, dan obat-obatan pun langka. Akibatnya, banyak dari mereka, terutama anak-anak kecil, mulai terserang batuk dan gatal-gatal.

“Kami sangat membutuhkan air bersih, makanan untuk balita, dan obat-obatan. Anak-anak kami sudah mulai sakit-sakitan,” keluhnya, dengan nada putus asa.

Saat banjir datang, mereka hanya bisa menyelamatkan diri dengan membawa pakaian Saat banjir datang, mereka hanya bisa menyelamatkan diri dengan membawa pakaian di badan dan sehelai tikar. Harta benda, perabotan rumah tangga, bahkan dokumen penting, semuanya lenyap ditelan banjir. Kini, mereka hidup sebatang kara, tanpa harapan dan tanpa kepastian.

“Kami hanya bisa pasrah dan berdoa. Kami berharap ada dermawan yang mau membantu kami, setidaknya untuk membangun kembali rumah kami yang sudah hancur. Kami tidak mungkin selamanya tinggal di meunasah ini,” ujar salah satu pengungsi, dengan suara bergetar, dilansir dari a1news.co.id.

Kisah pilu para pengungsi Gampong Ampeh ini adalah potret buram dari dampak bencana alam yang sering kali melupakan kelompok masyarakat yang paling rentan. Mereka adalah keluarga miskin yang tidak memiliki cukup sumber daya untuk bangkit kembali dari keterpurukan.

Sampai berita ini di tayang Geusyik Gampong Ampeh belum bisa di hubungi.

BERITA TERKAIT